Kutipan bijak dari Imam Al-Qurtubi ini menggambarkan hubungan erat antara ilmu agama dan kehidupan hati. Kutipan ini mengandung pelajaran berharga tentang pentingnya ilmu dalam membentuk pendidikan karakter dan membangkitkan hati yang layu.
Hujan adalah rahmat yang menghidupkan tanah gersang. Tanah yang kering dan tak menghasilkan apa-apa bisa berubah menjadi subur setelah disirami air hujan. Demikian pula, hati manusia yang mati karena dosa, lalai, atau jauh dari nilai-nilai kebaikan, dapat hidup kembali dengan ilmu agama. Ilmu agama tidak hanya memberikan pengetahuan, tetapi juga menjadi panduan untuk mengarahkan hidup ke jalan yang benar dan bermakna.
Hati yang dihidupkan oleh ilmu agama akan dipenuhi dengan rasa takut kepada Allah, cinta kepada kebenaran, dan komitmen terhadap amal-amal baik. Dalam konteks pendidikan karakter, ilmu agama memberikan dasar yang kokoh untuk membentuk sikap dan perilaku yang mencerminkan akhlak mulia.
Pendidikan karakter membutuhkan fondasi kuat yang berasal dari nilai-nilai agama. Ilmu agama mengajarkan prinsip-prinsip moral seperti kejujuran, kesabaran, dan kasih sayang. Ketika hati seseorang dipenuhi ilmu agama, ia akan lebih mudah memahami pentingnya menjaga hubungan baik dengan sesama manusia dan dengan Sang Pencipta.
Sebagaimana hujan yang turun secara bertahap, ilmu agama juga perlu dipelajari dan diamalkan secara konsisten. Proses ini akan melatih hati untuk tetap lembut dan responsif terhadap kebaikan, sehingga pendidikan karakter dapat tercapai dengan maksimal.
Ilmu agama bukan sekadar pengetahuan, tetapi juga kekuatan yang membangkitkan jiwa. Hati yang “hidup” akan senantiasa mencari kebaikan, menjauhkan diri dari kemaksiatan, dan berupaya memberi manfaat bagi orang lain. Oleh karena itu, menuntut ilmu agama adalah investasi besar bagi kehidupan dunia dan akhirat.
Kutipan Imam Al-Qurtubi mengingatkan kita bahwa ilmu agama memiliki peran penting dalam menghidupkan hati yang mati. Dalam pendidikan karakter, ilmu ini menjadi modal utama untuk menciptakan pribadi yang mulia dan bermakna. Seperti hujan yang menyegarkan tanah, ilmu agama menyegarkan hati, menjadikannya sumber kebaikan yang tiada habisnya.
Editor: Chotibul Umam
Tidak ada komentar